BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk pelvis dan hip joint kecil
kemungkinan adanya cedera pada lower extrimity (tubuh bagian bawah). Terhitung
hanya 5% kemungkinan untuk cedera dari total seluruh tubuh. Hal ini mungkin
disebabkan oleh dukungan ligament yang kuat, dukungan otot yang signifikan dan
karakteristik struktur yang padat pada area ini.
Cedera pada panggul terutama terjadi
karena terlalu banyak respon fungsi abnormal pada panggul. Salah satu contoh
dari cedera panggul adalah Iliac
Apophysitis. Apophysitis adalah cedera berlebihan yang biasanya terjadi
setelah kegiatan berulang dari otot-otot yang melekat pada apophysis tersebut.
Apophyses, bagian paling sering terkena adalah spina iliaka anterior superior
(ASIS), tulang belakang iliaka anterior inferior (AIIS) dan krista iliaka.
Apophysitis biasanya mempengaruhi pelari, penari, pemain sepak bola, dan pemain
hoki es.
Kita sering
mendengar istilah Runner’s Knee disebut tiap kali ada
pelari mengalami rasa sakit di lutut. Runner’s Knee
atau Patellofemoral
Pain Syndrome (PFPS), adalah salah satu cidera
yang paling sering dialami pelari .
Beban stres
berlari pada kaki menyebabkan iritasi di area tempat tempurung lutut (patella)
bersentuhan dengan tulang paha. Iritasi ini mengakibatkan rasa sakit yang
bervariasi: tajam dan tiba-tiba, atau perlahan makin terasa dan berkepanjangan.
Rasa sakit dapat mereda saat kita berlari dan kembali lagi setelah itu.
1.2 Rumusan
Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu
dirumuskan terlebih dahulu masalah-masalah pokok yang akan dibahas
kemudian. Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan Cedera Hip/Pelvis dan
Knee ?
2. Apa penyebab terjadinya cedera
olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee ?
3. Bagaimana pencegahan dan pengobatan
cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee ?
1.3 Tujuan
Sebagaimana kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan
ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan
tersebut maka hasil laporan akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam
laporan ini, penulis ingin mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Cedera Hip/Pelvis
dan Knee.
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee.
3. Untuk
mengetahui Bagaimana pencegahan dan pengobatan cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hip/Pelvis
dan Knee.
Strain adalah peregangan
atau robeknya otot dan/atau urat (tendon) – jaringan yang menghubungkan otot
dengan tulang. Cidera urat dapat berupa peradangan dan peradangan inilah yang
secara medis disebut tendonitis. Otot hip flexor berguna untuk
mengangkat lutut dan menekuk pinggang (membungkuk). Dalam bahasa Inggris hip flexor strain juga dikenal
dengan istilah Hip Flexor Injury, Iliopsoas Strain, Psoas Strain, Hip
Flexor Tear, Strained Iliopsoas Muscle, Torn Iliopsoas Muscle, dan Pulled
Hip Flexor.
Cidera hip flexor dapat dibedakan menjadi 3 jenis
tergantung dari tingkat keparahan:
Robekan
Tingkat 1: Sejumlah kecil jaringan robek dan menghasilkan rasa
sakit moderat namun tubuh masih dapat berfungsi normal.
Robekan
Tingkat 2: Jumlah jaringan yang robek lebih banyak dan mulai
berkuangnya fungsi bagian tubuh yang terasa sakit.
Robekan
Tingkat 3: Semua jaringan otot robek mengakibatkan hilangnya
sebagian besar fungsi bagian tubuh yang terkena cidera.
Sebagaian
besar cidera hip flexor adalah Tingkat 2.
Kita sering mendengar istilah Runner’s Knee
disebut tiap kali ada pelari mengalami rasa sakit di lutut. Runner’s
Knee atau Patellofemoral Pain Syndrome
(PFPS), adalah salah satu cidera yang paling sering dialami pelari .
Beban stres berlari pada kaki menyebabkan iritasi di area
tempat tempurung lutut (patella) bersentuhan dengan
tulang paha. Iritasi ini mengakibatkan rasa sakit yang bervariasi: tajam dan
tiba-tiba, atau perlahan makin terasa dan berkepanjangan. Rasa sakit dapat
mereda saat kita berlari dan kembali lagi setelah itu.
Walaupun faktor biomekanis dapat berperan, penyebab runner’s
knee seringkali adalah lemahnya otot quadriceps
dan hamstrings yang tegang. Quads yang lemah tidak mampu
menyangga tempurung lutut, sehingga tempurung tersebut bergerak keluar jalur.
Sementara, hamstrings yang tegang akan
memberikan ekstra tekanan pada lutut.
2.2 Gejala dan Penyebab Cedera
2.2.1 Hip/Pelvis
Penyebab
Hip
flexor strain dapat disebabkan oleh kontraksi yang dipaksakan, seperti
gerakan menendang atau lari sprint. Namun penyebab paling umum di kalangan
pelari adalah aktifitas berlebih (overuse). Latihan yang berlebihan
atau overtraining mengakibatkan trauma mikro pada otot karena atlit
beraktifitas terlalu banyak atau terlalu intens tanpa istirahat yang cukup
diantara sesi latihan. Trauma mikro ini berakumulasi dan berujung pada cidera
otot.
Tanda Dan Gejala
Mereka yang
mengalami cidera ini biasanya merasakan sakit tajam atau rasa tarikan otot di
bagian depan pinggul atau selangkangan pada saat cidera terjadi. Dalam kasus
ringan, rasa sakit terasa ringan dan aktifitas masih bisa dilanjutkan. Bila
kasus lebih berat, pasien akan merasakan rasa sakit yang lebih intens, kram
dan/atau lemah otot, dan hilangnya kemampuan untuk melanjutkan aktifitas. Hip
flexor strain yang parah akan mengakibatkan pincang atau kesulitan
berjalan.
Diagnosis
Pemeriksaan
yang subjektif dan objektif oleh fisioterapis dapat dilakukan untuk menentukan
apakah seseorang mengalami hip flexor strain. Tindakan lebih lanjut,
seperti sinar-X, Ultrasound, MRI atau CT scan mungkin
diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mengeliminasi kemungkinan
penyebab lain.
2.2.2 Knee
Gejala
Runner’s
knee dapat terjadi di salah satu atau kedua lutut dan biasanya
menyerang pelari muda, pelari rekreasional, dan wanita, menurut British
Journal of Sports Medicine. Hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran pinggul wanita yang lebih lebar dari pria,
sehingga sudut perbandingan antara tulang paha dan lutut cenderung lebih besar
dan memberikan stres tambahan pada tempurung lutut.
Gejala runner’s
knee adalah rasa nyeri di belakang dan sekitar tempurung lutut, dan
juga di bagian tengahnya. Terkadang ada suara berderik bila lutut digerakan,
dan juga perasaan seakan-akan lutut tidak mampu menyangga bobot tubuh.
Tanjakan,
anak tangga, atau permukaan yang tidak rata
dapat memperparah runner’s knee.
Penyebab
Sulit untuk
menentukan penyebab pasti dari runner’s knee. Selain dari
masalah otot seperti yang telah disebutkan di atas, aspek biomekanis dapat
berperan, misalnya tempurung lutut dapat memiliki sisi luar yang lebih besar
disbanding sisi dalam, tempurung dapat terletak terlalu tinggi di atas alur
tulang femoral (tulang paha), atau ada kecenderungan alami untuk tempurung
lutut mengalami dislokasi.
Selain itu,
tulang rawan di sendi lutut dapat menjadi aus dan hal ini mengurangi kemampuan
lutut untuk menyerap syok dari gerakan lari. Pelari yang memiliki kaki
dengan high arch juga rawan terkena
cidera ini karena bentuk kaki ini memiliki lebih sedikit bantalan alami untuk
menyerap beban gerakan lari. Sementara pelari dengan flat
feet atau mereka dengan lutut yang mengarah ke dalam atau ke luar
dapat menarik tempurung lutut keluar jalur.
2.3 Pencegahan
dan Perawatan Cedera
2.3.1 Hip/Pelvis
Perawatan
Tindakan awal
adalah teknik RICE (Rest, Ice, Compress, Elevate) atau Istirahat, Es,
Kompresi, dan Elevasi. Obat anti radang untuk menghilangkan rasa sakit juga
dapat diberikan.
Dalam masa
penyembuhan, lakukan aktifitas olahraga lain yang tidak akan memperburuk
kondisimu. Contohnya, ganti kegiatan berlari atau bersepeda dengan berenang.
Dibutuhkan istirahat total dari aktifitas awal yang menyebabkan hip flexor
strain.
Bila hip
flexor mulai membaik, kembalilah beraktifitas secara perlahan-lahan.
Jangan langsung lari sejauh 5K, misalnya. Lakukan sesi peregangan dan latihan
kekuatan untuk mengurangi bengkak dan memastikan otot baru terbentuk secara
sempurna, serta jaringan luka tergantikan seluruhnya.
Prognosa
Dengan proses
perawatan ideal, pasien dengan cidera hip flexor ringan atau Tingkat 1
dapat pulih dalam 1 sampai 3 minggu. Cidera Tingkat 2 membutuhkan sekitar 4
sampai 8 minggu untuk sembuh. Tingkat 3 jarang terjadi dan proses penyembuhan
akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Faktor Luar
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan seseorang lebih beresiko mengalami cidera ini.
Faktor-faktor ini memerlukan diagnosa dan rehabilitasi dari terapis ahli.
Beberapa faktor tersebut adalah:
- Lemah otot (terutama otot
quadriceps, hip flexors dan/atau gluteals)
- Tegang otot (terutama otot hip
flexors, quadriceps, hamstrings dan/atau gluteals)
- Latihan yang salah
- Kurang pemanasan
- Kaku sendi (terutama pinggang
belakang, pinggul dan/atau lutut)
- Biomekanis yang kurang tepat
- Postur tidak sempurna
- Penyembuhan tidak sempurna dari
cidera sebelumnya
- Penurunan tingkat kebugaran
- Letih
- Ketidakstablian panggul dan pusat
tubuh (core)
- Tegang syaraf
- Ketidakseimbangan otot
Kembali
Beraktifitas
Kamu dapat kembali melakukan
aktifitas yang menyebabkan hip flexor strain ketika:
- Kaki yang cidera mampu melakukan
semua gerakan sama seperti kaki yang tidak cidera.
- Kaki yang cidera memiliki kekuatan
sama seperti kaki yang tidak cidera.
- Kamu dapat berlari santai dan pelan
tanpa pincang dan/atau rasa sakit.
- Kamu dapat melakukan sprint tanpa
pincang dan/atau rasa sakit.
Pencegahan
Beberapa
kunci penting untuk mencegah terjadinya cidera ini adalah:
- Melatih
grup otot terkait dengan olahraga lari.
Kekuatan dan keseimbangan menyeluruh akan memberikan tubuhmu kemampuan untuk
terhindar dari cidera.
- Lakukan pemanasan.
Sama seperti otot, hip flexor akan lebih fleksibel setelah pemanasan.
- Kuasai teknik yang tepat dalam
berlari.
- Lakukan peregangan setelah selesai
beraktifitas.
Latihan Rehabilitasi
Berikut
adalah beberapa latihan rehabilitasi dalam proses penyembuhan hip flexor
strain. Kamu dapat melakukan peregangan pada otot pinggul kapan saja dengan
gerakan nomor 1 dan 2. Pastikan hanya ada sedikit rasa ketidaknyamanan ketika
peregangan, dan bukan rasa sakit tajam. Lakukan
gerakan nomor 3, 4, dan 5 hanya ketika kamu sudah tidak merasakan rasa sakit
lagi.
- Hip flexor Stretch:
Berlututlah di lantai dengan alas yang nyaman dan stabil. Posisikan kaki
yang sehat ke depan dan kaki yang cidera diatas alas. Dalam posisi
ini, tubuh maju kedepan melalui pinggul dan coba untuk menekan panggul ke
bawah kearah lantai sambil sedikit menekuk punggung sampai kamu merasakan
bagian depan pinggul meregang. Tahan posisi ini selama 30 detik. Ulangi 3
kali.
- Quadriceps Stretch: Berdiri
sambil berpegangan pada tembok atau meja. Dengan tangan satunya pegang
bagian atas pergelangan kaki yang cidera dan tarik kearah bokong sampai
kamu merasakan otot paha depan meregang. Tahan posisi ini selama 30 detik.
Ulangi 3 kali.
- Heel Slide: Duduk di
permukaan dengan alas yang nyaman dan stabil. Posisikan kaki lurus di
depanmu. Perlahan-lahan seret kaki yang cidera kearah bokong dengan
menarik lutut kearah dada. Kembali ke posisi semula. Ulangi 20 kali.
- Straight Leg Raise: Berbaring
terlentang dan kencangkan otot atas paha di kaki yang cidera. Posisikan
jari kaki keatas kearah langit-langit dan angkat kaki dari lantai sekitar
20 sentimeter. Jaga posisi lutut tetap lurus. Perlahan turunkan kaki
kembali ke lantai. Ulangi 10 kali sebanyak 3 set.
- Resisted Hip Flexion:
Berdiri menghadap belakang pintu. Ikat resistance-band di pintu dan
pasangkan pada kaki yang cidera. Kencangkan otot atas paha di kaki yang
cidera dan ayunkan kaki ke depan dengan lutut tetap lurus. Tighten
up the front of your thigh muscle and bring your leg forward, keeping your
knee straight. Ulangi 10 kali sebanyak 3 set.
2.3.2 Knee
Pencegahan & Perawatan
Pelari
disarankan untuk menghindari permukaan lari yang tidak rata, dan pilihlah
permukaan yang lunak. Jaga agar penambahan total jarak lari tidak melebihi 10%
tiap minggunya. Hindari lari di tanjakan bila sedang mengalami runner’s
knee. Setelah pulih total, sertakan latihan tanjakan perlahan-lahan
untuk membantu menguatkan otot kaki. Oleh karena itu, salah satu cara mencegah
dan memulihkan diri dari runner’s knee adalah dengan
melakukan latihan beban untuk
menguatkan otot-otot kaki dan juga peregangan untuk menghilangkan ketegangan
pada otot-otot yang bersangkutan.
Kenakan
sepatu yang cocok dengan tipe kaki untuk membantu isu akibat
bentuk kaki dan tipe langkah kita.
Jika kita mulai merasakan rasa
tidak nyaman di area lutut, segera kurangi jarak lari dan intensitas latihan.
Semakin cepat kita mengurangi beban stres pada lutut, semakin cepat proses
penyembuhan berlangsung. Hindari aktifitas yang mengharuskan lutut menekuk.
Lakukan RICE
(rest, ice, compression, dan elevation). Istirahatkan
kaki, kurangi atau hentikan aktifitas lari sampai benar-benar pulih. Kompres lutut
dengan es batu yang dibungkus kain selama sekitar 15 menit beberapa kali
sehari. Bebat lutut dengan perban elastis atau sarung lutut (knee
sleeve) untuk memberikan ekstra sokongan. Dan, elevasi kaki lebih
tinggi dari posisi jantung. Ini dapat dilakukan dengan berbaring dan meletakan
kaki diatas tumpukan bantal atau menyandarkan kaki ke tembok.
Bila rasa
sakit tidak tertahankan, kita dapat mengkonsumsi obat penghilang sakit nonsteroidal
anti-inflammatory (NSAID) seperti aspirin atau ibuprofen.
Pertimbangkan
untuk mengunjungi dokter spesialis kaki (podiatrist)
atau spesialis ilmu olahraga bila cidera tidak kunjung sembuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk pelvis
dan hip joint kecil kemungkinan adanya cedera pada lower extrimity (tubuh
bagian bawah). Terhitung hanya 5% kemungkinan untuk cedera dari total seluruh
tubuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh dukungan ligament yang kuat, dukungan
otot yang signifikan dan karakteristik struktur yang padat pada area ini.
Tindakan awal
adalah teknik RICE (Rest, Ice, Compress, Elevate) atau Istirahat, Es,
Kompresi, dan Elevasi. Obat anti radang untuk menghilangkan rasa sakit juga
dapat diberikan.
Dalam masa
penyembuhan, lakukan aktifitas olahraga lain yang tidak akan memperburuk
kondisimu. Contohnya, ganti kegiatan berlari atau bersepeda dengan berenang.
Dibutuhkan istirahat total dari aktifitas awal yang menyebabkan hip flexor
strain.
Walaupun
faktor biomekanis dapat
berperan, penyebab runner’s knee seringkali
adalah lemahnya otot quadriceps dan hamstrings
yang tegang. Quads yang lemah tidak mampu menyangga tempurung lutut, sehingga
tempurung tersebut bergerak keluar jalur. Sementara, hamstrings
yang tegang akan memberikan ekstra tekanan pada lutut.
Oleh karena
itu, salah satu cara mencegah dan memulihkan diri dari runner’s
knee adalah dengan melakukan latihan beban untuk menguatkan
otot-otot kaki dan juga peregangan untuk menghilangkan ketegangan pada
otot-otot yang bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Herdman, T.
Heather.2009.Nursing Diagnoses : Definitions and Classification 2009-2011.USA :
Wiley-Blackwell.
Johnson, M.,
Mass, M., Moorhead, S., 2000. Nursing Outcomes Classification
(NOC) second edition. Missouri : Mosby
Dochterman,
Joanne M., Bulecheck, Gloria N.2003.Nursing Intervention classification (NIC) 4th
Edition.Missouri : Mosby.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar