Rabu, 13 April 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Untuk pelvis dan hip joint kecil kemungkinan adanya cedera pada lower extrimity (tubuh bagian bawah). Terhitung hanya 5% kemungkinan untuk cedera dari total seluruh tubuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh dukungan ligament yang kuat, dukungan otot yang signifikan dan karakteristik struktur yang padat pada area ini.
Cedera pada panggul terutama terjadi karena terlalu banyak respon fungsi abnormal pada panggul. Salah satu contoh dari cedera panggul adalah Iliac Apophysitis. Apophysitis adalah cedera berlebihan yang biasanya terjadi setelah kegiatan berulang dari otot-otot yang melekat pada apophysis tersebut. Apophyses, bagian paling sering terkena adalah spina iliaka anterior superior (ASIS), tulang belakang iliaka anterior inferior (AIIS) dan krista iliaka. Apophysitis biasanya mempengaruhi pelari, penari, pemain sepak bola, dan pemain hoki es.
Kita sering mendengar istilah Runner’s Knee disebut tiap kali ada pelari mengalami rasa sakit di lutut. Runner’s Knee atau Patellofemoral Pain Syndrome (PFPS), adalah salah satu cidera yang paling sering dialami pelari .
Beban stres berlari pada kaki menyebabkan iritasi di area tempat tempurung lutut (patella) bersentuhan dengan tulang paha.  Iritasi ini mengakibatkan rasa sakit yang bervariasi: tajam dan tiba-tiba, atau perlahan makin terasa dan berkepanjangan. Rasa sakit dapat mereda saat kita berlari dan kembali lagi setelah itu.

1.2  Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih dahulu  masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan Cedera Hip/Pelvis dan Knee ?
2.    Apa penyebab terjadinya cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee ?
3.    Bagaimana pencegahan dan pengobatan cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee ?
1.3  Tujuan
Sebagaimana kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka hasil laporan akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam laporan ini, penulis ingin mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.   Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Cedera Hip/Pelvis dan Knee.
2.   Untuk mengetahui penyebab terjadinya cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee.
3.   Untuk mengetahui Bagaimana pencegahan dan pengobatan cedera olahraga pada Hip/Pelvis dan Knee.
  
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Hip/Pelvis dan Knee.
Strain adalah peregangan atau robeknya otot dan/atau urat (tendon) – jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang. Cidera urat dapat berupa peradangan dan peradangan inilah yang secara medis disebut tendonitis. Otot hip flexor berguna untuk mengangkat lutut dan menekuk pinggang (membungkuk). Dalam bahasa Inggris hip flexor strain juga dikenal dengan istilah Hip Flexor Injury, Iliopsoas Strain, Psoas Strain, Hip Flexor Tear, Strained Iliopsoas Muscle, Torn Iliopsoas Muscle, dan Pulled Hip Flexor.
Cidera hip flexor dapat dibedakan menjadi 3 jenis tergantung dari tingkat keparahan:
Robekan Tingkat 1: Sejumlah kecil jaringan robek dan menghasilkan rasa sakit moderat namun tubuh masih dapat berfungsi normal.
Robekan Tingkat 2: Jumlah jaringan yang robek lebih banyak dan mulai berkuangnya fungsi bagian tubuh yang terasa sakit.
Robekan Tingkat 3: Semua jaringan otot robek mengakibatkan hilangnya sebagian besar fungsi bagian tubuh yang terkena cidera.
Sebagaian besar cidera hip flexor adalah Tingkat 2.
Kita sering mendengar istilah Runner’s Knee disebut tiap kali ada pelari mengalami rasa sakit di lutut. Runner’s Knee atau Patellofemoral Pain Syndrome (PFPS), adalah salah satu cidera yang paling sering dialami pelari .
Beban stres berlari pada kaki menyebabkan iritasi di area tempat tempurung lutut (patella) bersentuhan dengan tulang paha.  Iritasi ini mengakibatkan rasa sakit yang bervariasi: tajam dan tiba-tiba, atau perlahan makin terasa dan berkepanjangan. Rasa sakit dapat mereda saat kita berlari dan kembali lagi setelah itu.
 Walaupun faktor biomekanis dapat berperan, penyebab runner’s knee seringkali adalah lemahnya otot quadriceps dan hamstrings yang tegang. Quads yang lemah tidak mampu menyangga tempurung lutut, sehingga tempurung tersebut bergerak keluar jalur. Sementara, hamstrings yang tegang akan memberikan ekstra tekanan pada lutut.
2.2   Gejala dan Penyebab Cedera
2.2.1   Hip/Pelvis
Penyebab
Hip flexor strain dapat disebabkan oleh kontraksi yang dipaksakan, seperti gerakan menendang atau lari sprint. Namun penyebab paling umum di kalangan pelari adalah aktifitas berlebih (overuse). Latihan yang berlebihan atau overtraining mengakibatkan trauma mikro pada otot karena atlit beraktifitas terlalu banyak atau terlalu intens tanpa istirahat yang cukup diantara sesi latihan. Trauma mikro ini berakumulasi dan berujung pada cidera otot.
Tanda Dan Gejala
Mereka yang mengalami cidera ini biasanya merasakan sakit tajam atau rasa tarikan otot di bagian depan pinggul atau selangkangan pada saat cidera terjadi. Dalam kasus ringan, rasa sakit terasa ringan dan aktifitas masih bisa dilanjutkan. Bila kasus lebih berat, pasien akan merasakan rasa sakit yang lebih intens, kram dan/atau lemah otot, dan hilangnya kemampuan untuk melanjutkan aktifitas. Hip flexor strain yang parah akan mengakibatkan pincang atau kesulitan berjalan.

Diagnosis
Pemeriksaan yang subjektif dan objektif oleh fisioterapis dapat dilakukan untuk menentukan apakah seseorang mengalami hip flexor strain. Tindakan lebih lanjut, seperti sinar-X, Ultrasound, MRI atau CT scan mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mengeliminasi kemungkinan penyebab lain.
2.2.2   Knee
Gejala
Runner’s knee dapat terjadi di salah satu atau kedua lutut dan biasanya menyerang pelari muda, pelari rekreasional, dan wanita, menurut British Journal of Sports Medicine. Hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran pinggul wanita yang lebih lebar dari pria, sehingga sudut perbandingan antara tulang paha dan lutut cenderung lebih besar dan memberikan stres tambahan pada tempurung lutut.
Gejala runner’s knee adalah rasa nyeri di belakang dan sekitar tempurung lutut, dan juga di bagian tengahnya. Terkadang ada suara berderik bila lutut digerakan, dan juga perasaan seakan-akan lutut tidak mampu menyangga bobot tubuh.
Tanjakan, anak tangga, atau permukaan yang tidak rata dapat memperparah runner’s knee.
 Penyebab
Sulit untuk menentukan penyebab pasti dari runner’s knee. Selain dari masalah otot seperti yang telah disebutkan di atas, aspek biomekanis dapat berperan, misalnya tempurung lutut dapat memiliki sisi luar yang lebih besar disbanding sisi dalam, tempurung dapat terletak terlalu tinggi di atas alur tulang femoral (tulang paha), atau ada kecenderungan alami untuk tempurung lutut mengalami dislokasi.
Selain itu, tulang rawan di sendi lutut dapat menjadi aus dan hal ini mengurangi kemampuan lutut untuk menyerap syok dari gerakan lari. Pelari yang memiliki kaki dengan  high arch juga rawan terkena cidera ini karena bentuk kaki ini memiliki lebih sedikit bantalan alami untuk menyerap beban gerakan lari. Sementara pelari dengan flat feet atau mereka dengan lutut yang mengarah ke dalam atau ke luar dapat menarik tempurung lutut keluar jalur.
2.3      Pencegahan dan Perawatan Cedera
2.3.1   Hip/Pelvis
Perawatan
Tindakan awal adalah teknik RICE (Rest, Ice, Compress, Elevate) atau Istirahat, Es, Kompresi, dan Elevasi. Obat anti radang untuk menghilangkan rasa sakit juga dapat diberikan.
Dalam masa penyembuhan, lakukan aktifitas olahraga lain yang tidak akan memperburuk kondisimu. Contohnya, ganti kegiatan berlari atau bersepeda dengan berenang. Dibutuhkan istirahat total dari aktifitas awal yang menyebabkan hip flexor strain.
Bila hip flexor mulai membaik, kembalilah beraktifitas secara perlahan-lahan. Jangan langsung lari sejauh 5K, misalnya. Lakukan sesi peregangan dan latihan kekuatan untuk mengurangi bengkak dan memastikan otot baru terbentuk secara sempurna, serta jaringan luka tergantikan seluruhnya.
Prognosa
Dengan proses perawatan ideal, pasien dengan cidera hip flexor ringan atau Tingkat 1 dapat pulih dalam 1 sampai 3 minggu. Cidera Tingkat 2 membutuhkan sekitar 4 sampai 8 minggu untuk sembuh. Tingkat 3 jarang terjadi dan proses penyembuhan akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Faktor Luar
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang lebih beresiko mengalami cidera ini. Faktor-faktor ini memerlukan diagnosa dan rehabilitasi dari terapis ahli. Beberapa faktor tersebut adalah:
  • Lemah otot (terutama otot quadriceps, hip flexors dan/atau gluteals)
  • Tegang otot (terutama otot hip flexors, quadriceps, hamstrings dan/atau gluteals)
  • Latihan yang salah
  • Kurang pemanasan
  • Kaku sendi (terutama pinggang belakang, pinggul dan/atau lutut)
  • Biomekanis yang kurang tepat
  • Postur tidak sempurna
  • Penyembuhan tidak sempurna dari cidera sebelumnya
  • Penurunan tingkat kebugaran
  • Letih
  • Ketidakstablian panggul dan pusat tubuh (core)
  • Tegang syaraf
  • Ketidakseimbangan otot
 Kembali Beraktifitas
Kamu dapat kembali melakukan aktifitas yang menyebabkan hip flexor strain ketika:
  • Kaki yang cidera mampu melakukan semua gerakan sama seperti kaki yang tidak cidera.
  • Kaki yang cidera memiliki kekuatan sama seperti kaki yang tidak cidera.
  • Kamu dapat berlari santai dan pelan tanpa pincang dan/atau rasa sakit.
  • Kamu dapat melakukan sprint tanpa pincang dan/atau rasa sakit.
Pencegahan
Beberapa kunci penting untuk mencegah terjadinya cidera ini adalah:
  • Melatih grup otot terkait dengan olahraga lari. Kekuatan dan keseimbangan menyeluruh akan memberikan tubuhmu kemampuan untuk terhindar dari cidera.
  • Lakukan pemanasan. Sama seperti otot, hip flexor akan lebih fleksibel setelah pemanasan.
  • Kuasai teknik yang tepat dalam berlari.
  • Lakukan peregangan setelah selesai beraktifitas.
Latihan Rehabilitasi
Berikut adalah beberapa latihan rehabilitasi dalam proses penyembuhan hip flexor strain. Kamu dapat melakukan peregangan pada otot pinggul kapan saja dengan gerakan nomor 1 dan 2. Pastikan hanya ada sedikit rasa ketidaknyamanan ketika peregangan, dan bukan rasa sakit tajam. Lakukan gerakan nomor 3, 4, dan 5 hanya ketika kamu sudah tidak merasakan rasa sakit lagi.
  1. Hip flexor Stretch: Berlututlah di lantai dengan alas yang nyaman dan stabil. Posisikan kaki yang sehat ke depan dan kaki yang cidera diatas alas. Dalam  posisi ini, tubuh maju kedepan melalui pinggul dan coba untuk menekan panggul ke bawah kearah lantai sambil sedikit menekuk punggung sampai kamu merasakan bagian depan pinggul meregang. Tahan posisi ini selama 30 detik. Ulangi 3 kali.
  1. Quadriceps Stretch: Berdiri sambil berpegangan pada tembok atau meja. Dengan tangan satunya pegang bagian atas pergelangan kaki yang cidera dan tarik kearah bokong sampai kamu merasakan otot paha depan meregang. Tahan posisi ini selama 30 detik. Ulangi 3 kali.
  1. Heel Slide: Duduk di permukaan dengan alas yang nyaman dan stabil. Posisikan kaki lurus di depanmu. Perlahan-lahan seret kaki yang cidera kearah bokong dengan menarik lutut kearah dada. Kembali ke posisi semula. Ulangi 20 kali.
  1. Straight Leg Raise: Berbaring terlentang dan kencangkan otot atas paha di kaki yang cidera. Posisikan jari kaki keatas kearah langit-langit dan angkat kaki dari lantai sekitar 20 sentimeter. Jaga posisi lutut tetap lurus. Perlahan turunkan kaki kembali ke lantai. Ulangi 10 kali sebanyak 3 set.
  1. Resisted Hip Flexion: Berdiri menghadap belakang pintu. Ikat resistance-band di pintu dan pasangkan pada kaki yang cidera. Kencangkan otot atas paha di kaki yang cidera dan ayunkan kaki ke depan dengan lutut tetap lurus.  Tighten up the front of your thigh muscle and bring your leg forward, keeping your knee straight. Ulangi 10 kali sebanyak 3 set.
2.3.2   Knee
Pencegahan & Perawatan
Pelari disarankan untuk menghindari permukaan lari yang tidak rata, dan pilihlah permukaan yang lunak. Jaga agar penambahan total jarak lari tidak melebihi 10% tiap minggunya. Hindari lari di tanjakan bila sedang mengalami runner’s knee. Setelah pulih total, sertakan latihan tanjakan perlahan-lahan untuk membantu menguatkan otot kaki. Oleh karena itu, salah satu cara mencegah dan memulihkan diri dari runner’s knee adalah dengan melakukan latihan beban untuk menguatkan otot-otot kaki dan juga peregangan untuk menghilangkan ketegangan pada otot-otot yang bersangkutan.
Kenakan sepatu yang cocok dengan tipe kaki untuk membantu isu akibat bentuk kaki dan tipe langkah kita.
Jika kita mulai merasakan rasa tidak nyaman di area lutut, segera kurangi jarak lari dan intensitas latihan. Semakin cepat kita mengurangi beban stres pada lutut, semakin cepat proses penyembuhan berlangsung. Hindari aktifitas yang mengharuskan lutut menekuk.
Lakukan RICE (rest, ice, compression, dan elevation). Istirahatkan kaki, kurangi atau hentikan aktifitas lari sampai benar-benar pulih. Kompres lutut dengan es batu yang dibungkus kain selama sekitar 15 menit beberapa kali sehari. Bebat lutut dengan perban elastis atau sarung lutut (knee sleeve) untuk memberikan ekstra sokongan. Dan, elevasi kaki lebih tinggi dari posisi jantung. Ini dapat dilakukan dengan berbaring dan meletakan kaki diatas tumpukan bantal atau menyandarkan kaki ke tembok.
Bila rasa sakit tidak tertahankan, kita dapat mengkonsumsi obat penghilang sakit nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) seperti aspirin atau ibuprofen.
Pertimbangkan untuk mengunjungi dokter spesialis kaki (podiatrist) atau spesialis ilmu olahraga bila cidera tidak kunjung sembuh.



BAB III
PENUTUP
3.1      Kesimpulan
Untuk pelvis dan hip joint kecil kemungkinan adanya cedera pada lower extrimity (tubuh bagian bawah). Terhitung hanya 5% kemungkinan untuk cedera dari total seluruh tubuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh dukungan ligament yang kuat, dukungan otot yang signifikan dan karakteristik struktur yang padat pada area ini.
Tindakan awal adalah teknik RICE (Rest, Ice, Compress, Elevate) atau Istirahat, Es, Kompresi, dan Elevasi. Obat anti radang untuk menghilangkan rasa sakit juga dapat diberikan.
Dalam masa penyembuhan, lakukan aktifitas olahraga lain yang tidak akan memperburuk kondisimu. Contohnya, ganti kegiatan berlari atau bersepeda dengan berenang. Dibutuhkan istirahat total dari aktifitas awal yang menyebabkan hip flexor strain.
Walaupun faktor biomekanis dapat berperan, penyebab runner’s knee seringkali adalah lemahnya otot quadriceps dan hamstrings yang tegang. Quads yang lemah tidak mampu menyangga tempurung lutut, sehingga tempurung tersebut bergerak keluar jalur. Sementara, hamstrings yang tegang akan memberikan ekstra tekanan pada lutut.
Oleh karena itu, salah satu cara mencegah dan memulihkan diri dari runner’s knee adalah dengan melakukan latihan beban untuk menguatkan otot-otot kaki dan juga peregangan untuk menghilangkan ketegangan pada otot-otot yang bersangkutan.





DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather.2009.Nursing Diagnoses : Definitions and Classification 2009-2011.USA : Wiley-Blackwell.
Johnson, M., Mass, M., Moorhead, S., 2000.  Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition. Missouri : Mosby
Dochterman, Joanne M., Bulecheck, Gloria N.2003.Nursing Intervention classification (NIC) 4th Edition.Missouri : Mosby.
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar